Lihat Semua : infografis

Dana Riset Ditambah, Fokus Riset Harus Terarah


Dipublikasikan pada 3 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Siap Bangun Negara / Desain : M. Ishaq Dwi Putra /   View : 2.947


Indonesiabaik.id   -   Tahun 2018, anggaran riset dan pengabdian kepada masyarakat mencapai Rp1,29 triliun. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan anggaran riset dan pengabdian kepada masyarakat melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) tahun anggaran 2020 mencapai Rp1,46 triliun atau tepatnya Rp 1.463.618.146.000.

Ya, mulai 2020 urusan penelitian perguruan tinggi dan pengabdian kepada masyarakat tetap dilanjutkan Kementerian Riset dan Teknologi. Dari total dana itu, anggaran riset tahun anggaran 2020 sebesar Rp1.373.831.846.000, sementara anggaran untuk pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp 89.786.300.000.

Berdasarkan bidang fokus, anggaran riset dan pengabdian kepada masyarakat tersebut dialokasikan mayoritas di bidang fokus sosial humaniora, pendidikan, seni dan budaya; kesehatan; dan pangan. Jumlah riset BOPTN yang dibiayai pada tahun anggaran 2020, yakni 3.800 judul riset di perguruan tinggi negeri badan hukum (PTNBH), 3.142 judul penelitian perguruan tinggi negeri non-badan hukum (PTN non-BH) serta 9.106 judul riset di perguruan tinggi swasta (PTS).

Sementara jumlah penelitian non-perguruan tinggi negeri badan hukum (PTNBH) yang didanai berdasarkan bidang fokus sebanyak 12.248 judul riset, dengan rincian di bidang energi dengan jumlah 450 penelitian sebesar Rp48.312.844.000; kebencanaan dengan 451 judul penelitian sebesar Rp37.046.328.000; kemaritiman dengan 177 judul penelitian sebesar Rp15.564.865.000.

Adapun anggaran kesehatan dengan 2.219 judul penelitian sebesar Rp160.865.499.000; material maju dengan 656 judul riset sebesar Rp79.072.489.000; pangan dengan 1.185 judul penelitian sebesar Rp105.246.298.000; pertahanan dan keamanan dengan 23 judul penelitian sebesar Rp 4.388.437.000; sosial humaniora, pendidikan, seni dan budaya dengan 5.522 judul riset sebesar Rp314.454.697.000; teknologi informasi dan komunikasi dengan 1.396 judul riset sebesar Rp82.257.203.000; serta bidang transportasi dengan 169 judul riset sebesar Rp12.314.394.000.

Angka tersebut menunjukkan proporsi penelitian di bidang sosial humaniora, pendidikan, seni dan budaya 37 persen; kesehatan 19 persen; pangan 12 persen; energi sebesar 6 persen; kebencanaan 4 persen; kemaritiman 4 persen; material maju 9 persen; pertahanan dan keamanan 1 persen; teknologi informasi dan komunikasi 9 persen; serta transportasi 1 persen.

Untuk pendanaan penelitian non-PTNBH dengan skema penugasan berupa konsorsium riset unggulan perguruan tinggi dan world class research, dialokasikan dana sebesar Rp84.545.033.000 untuk mendanai 439 jumlah penelitian, dengan rincian 56 judul penelitian dalam skema konsorsium riset unggulan perguruan tinggi dengan anggaran Rp19.404.630.000, dan 383 jumlah penelitian dalam skema world class research dengan dana Rp65.140.403.000. Adapun proporsi dana penelitian non-PTNBH berdasarkan program, yakni riset terapan 38 persen, riset dasar 34 persen, dan peningkatan kapasitas 28 persen.

 

Kemenristek menuturkan anggaran riset BOPTN dan non BOPTN ditujukan untuk pembiayaan penelitian antara lain untuk penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian pengembangan, kajian kebijakan strategis, konsorsium riset unggulan perguruan tinggi, world class research, insentif riset nasional, pengembangan teknologi industri, penelitian dosen pemula, inovasi industri, penelitian kerja sama perguruan tinggi, serta penelitian pascasarjana. Dengan anggaran tersebut, diharapkan hasil penelitian berupa publikasi di jurnal, prosiding atau buku; kekayaan intelektual dan uji coba produk; serta temuan laik industri, feasibility study dan perencanaan bisnis.

Perlu diketahui sebelumnya, Presiden Joko Widodo ingin riset yang dibuat di Indonesia difokuskan kepada upaya membawa negara ini keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) menuju negara maju. Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/12/2019) dalam rapat terbatas membahas strategi pengembangan riset dan inovasi serta penataan Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Presiden mengatakan salah satu kunci supaya negara dapat melompat menjadi negara yang maju adalah melakukan investasi di bidang riset dan inovasi. Dengan inovasi dan riset, menurut Jokowi, dapat dilahirkan gagasan-gagasan inovatif yang terkoneksi dengan dunia usaha dan dunia industri yang memberikan manfaat bagi masyarakat serta meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

Menurutnya, pemerintah harus memiliki sebuah strategi dan desain besar untuk memilih agenda riset yang perlu didorong dan didukung besar-besaran. Jokowi menyatakan pemerintah harus memilih agenda riset yang diprioritaskan yang akan memberikan dampak signifikan kepada kemajuan Indonesia. Jokowi menyatakan agenda riset perlu dikerjakan dengan sungguh-sungguh, terfokus dengan anggaran yang terkonsolidasi serta dikerjakan sampai betul-betul jadi dan memberikan manfaat yang nyata.

Jokowi mengatakan konsentrasi pemerintah bukan hanya pada upaya memperbesar anggaran riset saja tapi juga bagaimana membuat anggaran riset menjadi efektif dan memberikan hasil dan manfaat yang nyata.



Infografis Terkait